Itulah impian Goro Yoshida dan kedua iparnya tahun 1934 dalam iklannya, untuk menjadikan kamera kwanon menjadi kamera terbaik di dunia. Pada era itu nama besar Leica, sudah dikenal orang. Jadi bisa kita bayangkan seberapa jauh reputasi Leica dibandingkan dengan Canon, tentu saja sangat jauh. Leica-lah yang memimpin. Sedangkan Nikon saat itu masih merupakan perusahaan produsen lensa, baru tahun 1945 Nikon memproduksi kamera. Berkat dedikasi yang tinggi, dan usaha yang persisten, meskipun Kwanon berganti nama menjadi Canon, terbukti impian mereka menjadi kenyataan pada saat ini.
Setelah meluncurkan Hansa Canon di tahun 1936, tahun tahun berikutnya Canon berhenti memproduksi, kemudian setelah perang Dunia II berakhir, Canon memproduksi kembali kamera sebagai berikut:
• "S II" dipasarkan di bulan Oktober l946
• “JII” dipasarkan di bulan Nopember l946
• "II B" dipasarkan di bulan April l949
• ”III” dipasarkan di bulan Februari 1951 kamera pertama Jepang dengan shutter speed 1/1000 detik
• ”IIIA dipasarkan tidak lama diluncurkan setelah seri ”III”
• ”IV” dipasarkan di bulan April 1951
• "IV Sb" dipasarkan di bulan Desember l952 kamera ini adalah kamera pertama dunia untuk kamera 35mm rangefinder dengan electronic flash synchronization.
• "IV Sb2" dipasarkan di bulan Maret l954 kamera dengan shutter speed 1/15 detik yang menggunakan slow governor dengan dual-escapement mechanism. Kamera inilah yang saat itu bisa sejajar dengan kamera Leica (seri M3). Pengakuan ini disampaikan saat pameran internasional "Photokina" keempat di Jerman Barat tahun 1954.
• “VT" dipasarkan di bulan Agustus 1956
• Model "P (Populaire)" dipasarkan tahun l959
• Model "7" dipasarkan bulan Maret l961
• Dan Model "7S" dipasarkan di bulan April 1965, itulah kamera 35 mm rangefinder terakhir yang diproduksi Canon.
Tahun-tahun berikutnya Canon memproduksi kamera pertama jenis single-lens reflex (SLR) yang dikenal ”Canonflex”, dipasarkan bulan Mei 1959. Berkembanglah kamera SLR 35 mm yang dibuat Canon.
Canon sempat tertinggal dengan membuat kamera autofokus SLR "T80," yang keunggulannya masih ketinggalan dibandingkan dengan "Minolta a-7000" dan "Nikon F-501."
Kemudian bulan Maret 1985 Canon memutuskan untuk membuat Autofocus SLR terbaik yang akan diluncurkan tanggal 1 Maret 1987 bertepatan dengan ulang tahun Canon yang ke-50. Dibuatlah project yang dinamakan "EOS (Electro Optical System)". Diambil dari nama Dewa Fajar dalam mitos Yunani.
Maret 1987, Canon membuat kamera EOS pertama yaitu "EOS 650" dengan inovasi dan keunikan teknologi yaitu :
• highly sensitive focusing sensor,
• BASIS (Base-Stored Image Sensor),
• the high-precision motor, dan
• USM (Ultrasonic Motor)
kamera ini merupakan kamera komersial pertama dunia dengan super microcomputer. Prestasi ini mendapat penghargaan European Camera '87/'88 Award.
Selanjutnya Canon mengembangkan kamera SLR - EOS ini hingga memasuki era digital. Berikut ini rangkaian produksi Canon EOS :
• Bulan Mei 1987 dipasarkan "EOS 620”
• Tahun 1989 dipasarkan "EOS 630" dan"EOS-1"
• Tahun 1990 dipasarkan "EOS 10"
• Bulan Oktober 1990 dipasarkan "EOS 1000QD"
• Bulan Agustus 1991, dipasarkan "EOS 100QD", kamera ini adalah “the first really quiet SLR in the world”.
• Bulan November 1994 dipasarkan "EOS-1N".
• Bulan September 1993 dipasarkan "EOS Kiss" kepanjangan dari "Keep It Smart and Silent."
• Bulan September 1996 dipasarkan "New EOS Kiss"
• Bulan November 1992 dipasarkan "EOS 5QD"
• Bulan September 1995 dipasarkan "EOS 55"
• Bulan Oktober 1996 dipasarkan "EOS IX E"
• Bulan Juli 1996 Canon memasarkan kamera digital pertamanya "PowerShot 600", kamera ini kerjasama Canon dengan Eastman Kodak.
• Bulan Nopember 1998 dipasarkan "EOS-3"
• Bulan April 1999 dipasarkan "EOS Kiss III"
• Bulan April 2000 dipasarkan "EOS-1V" hasil pengembangan kamera “EOS-1N”, yang kemudian memenangkan penghargaan pada Photo-Journalists Club’s 17th Annual Camera Grad Prix.
• Bulan Maret 1998 dipasarkan "EOS D2000"
• Bulan Desember 1998 dipasarkan "EOS D6000"
• Bulan September 2000 dipasarkan “EOS D30”
• Tahun 2001 dipasarkan EOS-1D (kamera SLR digital professional)
• Tahun 2002 dipasarkan EOS-1Ds (kamera SLR digital professional)
• Bulan Februari 2003 dipasarkan “EOS 10-D” (SLR digital)
• Bulan September 2003 dipasarkan "EOS 300D” atau dikenal “EOS Kiss Digital"
• Bulan Agustus 2004 dipasarkan “EOS 20-D” (SLR digital)
• Bulan Februari 2005 dipasarkan EOS 350D atau dikenal dengan ”Digital Rebel XT”
• Bulan Agustus 2005 dipasarkan “EOS-5D” (SLR digital)
• Bulan Februari 2006 dipasarkan “EOS-30D” (SLR digital)
• Bulan Agustus 2008 dipasarkan ”EOS-40D” (SLR digital)
Itulah serangkaian kamera SLR yang diproduksi Canon. Perlu kita ambil pelajaran bahwa Kwanon menjadi kamera terbaik ”diimpikan” tahun 1934, namun baru 22 tahun kemudian Canon mampu membuat kamera yang kemampuannya sejajar dengan Leica. Tigapuluh tiga tahun kemudian Canon mengembangkan kamera EOS dan mendapat penghargaan demi penghargaan sehingga bisa dikatakan menjadi kamera SLR terbaik.
Ternyata butuh puluhan tahun untuk bisa menjadi produk terdepan di dunia, sudah pasti membutuhkan kesabaran. Bayangkan jika Canon tidak persisten mengembangkan produknya, bisa jadi Canon sudah tenggelam, tidak pernah dikenal lagi.
Bagaimana dengan usaha yang Anda, saya atau yang kita upayakan? Tentu saja perlu waktu dan proses untuk tumbuh menjadi usaha yang berkembang, besar dan menjadi kuat. Belajar dari perusahaan dunia sekelas Canon, kita butuh kesabaran dan usaha yang persisten. Kita tidak perlu mundur karena cibiran, cemoohan orang lain yang menilai rendah atau kecil usaha kita. Jika kita sabar dan persisten dalam berusaha, Insya Allah 20 tahun kemudian Anda bisa menjadi fotografer profesional, seperti halnya Ferry Ardianto, Darwis Triadi, Roy Genggam, Arbain Rambey, Kayus Mulia, dan masih banyak lagi fotografer ternama lainnya di Indonesia.
Namun janganlah berkecil hati, setidaknya saat ini ada teknologi yang bisa memacu perkembangan kita. Dengan teknologi digital, usaha kita bisa cepat tumbuh, tidak 20 tahun, bisa jadi hanya membutuhkan waktu 10 tahun. Yang saya pribadi rasakan adalah saat ini kecepatan belajar photography saat ini sungguh luar biasa.
Kita bisa belajar smart, dengan belajar dari pengalaman kalangan profesional, yaitu kepada para fotografer profesional di atas baik dalam seminar atau workshop mereka. Seperti yang sering disampiakan mereka adalah :
• Kita perlu menjadi master dalam basic photography
• Kita perlu menguasai teknologi digital
• Kita perlu menguasai marketing (keinginan pasar)
dengan ketiga hal utama itu akselerasi pertumbuhan usaha photography bisa melaju kencang.
Salah satu photographer muda yang handal saat ini antara lain adalah Anton Ismail (photographer majalah Roolingstone). Menurut pandangan saya, beliau punya ciri khas dalam menyajikan seni visual, selain photography, saat ini beliau pun sudah merambah ke cinematography antara lain klipnya Dewi Sandra...... keren deh .... salut buat Mas Anton Ismail, menjadi master of basic, memahami teknologi dan memahami apa yang diinginkan pasar, ditambah kreativitas beliau yang senantiasa diasah dengan buku sketsa semacam buku kumpulan ide, yang sering beliau bawa-bawa kemanapun, dimana ada ide, langsung dicatat dalam buku itu. Tidak percaya, coba tanyakan kepada beliau ...........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar