Senin, 05 Maret 2012

Istana Sayap Pelalawan



Pelalawan adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Riau, Pelalawan mempunyai sebuah sejarah yang panjang, Pelalawan adalah Kabupaten baru pemekaran dari Kabupaten Induk Kabupaten Kampar. Sejarah Pelalawan diawali dari kerajaan Pekantua yang didirikan oleh Maharaja Indera (sekitar tahun 1380 M). Beliau adalah bekas Orang Besar Kerajaan Temasik (Singapura) yang mendirikan kerajaan ini setelah Temasik dikalahkan oleh Composeh Majapahit dipenghujung abad XIV.
Sedangkan Raja Temasik terakhir yang bernama Permaisura (Prameswara) mengundurkan dirinya ke Tanah Semenanjung, dan mendirikan kerajaan Melaka. Maharaja Indera (1380-1420 M) membangun kerajaan Pekantua di Sungai Pekantua (di anak sungai Kampar, sekarang termasuk Desa Tolam, Pelalawan, Riau) pada tempat bernama “Pematang Tuo” dan kerajaannya dinamakan “Pekantua”.
Pekantua semakin berkembang, dan mulai dikenal sebagai bandar yang banyak menghasilkan barang-barang perdagangan masa lalu, terutama hasil hutannya. Berita ini sampai pula ke Melaka yang sudah berkembang menjadi bandar penting di perairan Selat Melaka serta menguasai wilayah yang cukup luas, oleh karena itu Melaka bermaksud menguasai Pekantua, sekaligus mengokohkan kekuasaannya di Pesisir Timur Sumatera. Maka pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah (1459-1477 M), dipimpin oleh Sri Nara Diraja, Melaka menyerang Pekantua, dan Pekantua dapat dikalahkan. Selanjutnya Sultan Masyur Syah mengangkat Munawar Syah (1505-1511 M) sebagai Raja Pekantua. Pada upacara penobatan Munawar Syah menjadi raja Pekantua, diumumkan bahwa Kerajaan Pekantua berubah nama menjadi “Kerajaan Pekantua Kampar” dan sejak itu kerajaan Pekantua Kampar sepenuhnya berada dalam naungan Melaka. Pada masa inilah Islam mulai berkembang di Kerajaan Pekantua Kampar.
Pada masa pemerintahan Maharaja Dinda II (1720-1750 M) pusat kerajaan Pekantua Kampar dipindahkan ke di Sungai Rasau, salah satu anak Sungai Kampar jauh di hilir Sungai Nilo dan pada saat itu diumumkan maka nama kerajaan “PEKANTUA KAMPAR”, diganti menjadi kerajaan ‘PELALAWAN” (Pelalauan), yang artinya tempat lalau-an atau tempat yang sudah dicadangkan. Sejak itu, maka nama kerajaan Pekantua tidak dipakai orang, digantikan dengan nama Pelalawan saja sampai kerajaan itu berakhir tahun 1946.

Istana Sayap Pelalawan adalah Istana Kerajaan Pelalawan yang dibangun oleh Sultan Pelalawan ke 29, yakni TengkuSontol Said Ali (1886-1892 M). Sebelum bangunan itu selesai beliau mangkat dan diberi gelar Marhum Mangkat di balai. Selanjutnya pembangunan Istana diteruskan sampai selesai oleh pengganti beliau yakni Sultan Syarif Hasyim II ( (1892- 1930M).




Pada awalnya Pusat Kerajaan Pelalawan berada di Sungai Rasau (anak Sungai Kampar), berlokasi di Kota Jauh dan Kota Dekat. Ketika Tengku Sontol Ali menjadi Sultan Pelalawan, belaiu berazam memindahkan Istananya dari muara Sungai Rasau ke pinggir Sungai Kampar, tepatnya di muara sungai Rasau yang disebut’ Ujung Pantai’,karena itu Istana sebelumnya dinamakan ISTANA UJUNG PANTAI. Namun ketika Sultan Syarif Hasyim II melanjutkan pembangunan Istana yang melanjutkan pembangunan Istana yang sedang terbengkalai karena mangkatnya Tengku Sontol Ali,maka beliau membangun dua sayap disamping kanan dan kiri Istana yang dijadikan balai. Maka Istana inipun dinamakan “ISTANA SAYAP”




Sekitar tahun 1896 bangunan Istana Sayap selesai seluruhnya, dan Sultan Syarif Hasyim II berpindah dari Istana kota Dekat di Sungai Rasau ke Istana Sayap di Ujung Pantai. Sejak itu, pusat pemerintahan Kerajaan pelalawan menetap di pinggir sungai Kampar yang sekarang menjadi Desa pelalawan dan menjadi Ibu Kota Kecamatan Pelalawan.

FILOSOFI ISTANA SAYAP
Di Istana Sayap,bangunan induk adalah tempat Sultan beserta Keluarga dan orang-orang yang bertugas disana. Di bangunan ini pula terdapat Ruang Penghadapan, bilik tidur, dan ruangan anjungan yang diisi dengan segala alat perlengkapan Kerajaan. Menyatu dengan bangunan induk,disebelah depan terdapat ruang selasar dalam dan selasar luar untuk tempat menghadap rakyat dan Orang-orang besar Kerajaan. Dibagian belakang bangunan Induk ada ruangan telo, dan dibelakangnya lagi ada ruangan Penanggah,tempat kegiatan pekerja rumah tangga Istana dan kelengkapan jamuan dan sebagainya.



SAYAP ISTANA SAYAP PELALAWAN
Dalam Budaya Melayu Riau,khususnya di Kerajaan Pelalawan,setiap bangunan resmi terdiri dari bangunan induk dan bangunan lainnya, yang lazim disebut bangunan anak atau bangunan sayap. Bangunan anak yang disebut sayap dibuat khusus dengan ukuran dan bentuk yang sama. ketentuan ini mencerminkan kehidupan yang seimbang dan setara,adil dan tidak berat sebelah. Didalam ungkapan adat dikatakan :
” Rumah induk ada anaknya
Anak di kanan anak di kiri
Anak dibuat sama setara
Sama bentuk dengan ukurnya
Sama jauh dengan dekatnya
Sama padam dengan takahnyaTanda adil sama dijunjung
Tanda menimbang sama berat
Tanda mengukur sama panjang
Tanda menyukat sama penuh
Tanda berlaba sama mendapat
Tanda hilang sama merugi
Tanda berat sama dipikul
Tanda ringan sama dijinjing
Tanda ke laut sama berbasah
Tanda ke darat sama berkering
Tanda senasib sepenanggungan
Tanda seaib sama semalu ”



SAYAP ISTANA SAYAP PELALAWAN

Ornament dan semua yang ada di Istana Sayap Pelalawan mengandung nilai-nilai luhur dan budaya yang mengacu pada keutamaan raja dan rakyatnya yang hidup tersebati,menyatu bagaikan mata putih dan mata hitam, sehingga rusak yang putih binasa yang hitam, dan rusak yang hitam binasa yang putih/ Bersebatinya pemimpin dengan rakyatnya,serta mewujudkan kehidupan yang sejahtera lahiriah dan batiniah.
Memasuki ruang utama istana Sayap, kita akan melihat begitu kental nuansa melayunya. Warna kuning emas mendominasi interior istana. Singgasana raja terletak persis di tengah-tengah ruangan. Kalau kita perhatikan, maka bentuk pelaminan istana ini seperti pelaminan yang biasa digunakan dalam acara pernikahan dengan adat Melayu.
Di sekeliling ruangan istana dipajang berbagai benda yang merupakan peninggalan kerajaan Pelalawan. seperti fotoAssaidis Syarief Haroen bin Assaidis Syarief Hasyim Syahbudiin gelar Tengkoe Besar Kerajaan Pelalawan (Almarhum Setia Negara) raja terakhir yang memerintah. Selain itu juga ada baju kebesaran, Silsilah Kerajaan, Stempel Kerajaan, Guci, Gong, Alat perang kerajaan Pelalawan, dan lain-lain.
Di sebelah kanan ruangan terdapat kamar tidur raja dan permaisuri serta kamar tidur putri mahkota. Posisi kamar ini saling berhadapan. Di dalam kamar raja terdapat tempat tidur dengan kelambu didominasi warna kuning emas. Sementara di kamar putri mahkota, tempat tidurnya dominan berwarna hijau dengan corak berwarna kuning emas. Dari kedua kamar ini, kalau kita melihat ke luar jendela, maka akan tampak sungai yang mengalir di sisi istana.Istana Sayap memiliki dua lantai. Di bagian atas terdapat mesin tenun yang biasa digunakan oleh putri mahkota untuk menenun. Di lantai atas ini juga terdapat satu ruangan lain yang merupakan kamar tempat putri mahkota dipingit sebelum menikah. Udara di lantai atas ini sangat pengap. Hal ini karena tidak ada satu pun jendela atau ventilasi udara yang dibuat di sini. Bau kotoran burung yang bersarang di atap istana sangat menyengat hidung

Di bagian belakang istana terdapat ruang makan dan dapur. Di sini terdapat berbagai peralatan yang digunakan untuk memasak dan sebuah meja makan besar di pojoknya. di ruangan ini juga terdapat perpustakaan. Namun ternyata buku-buku yang ada dalam perpustakaan itu bukan bercerita mengenai kerajaan pelalawan, melainkan buku-buku umum layaknya perpustakaan lain.
Posisi istana Sayap ini persis di pinggir sungai Kampar. Bangunannya pun menghadap ke arah sungai, sama seperti karakter istana lain yang ada di Riau. Pada zaman dahulu, transportasi melalui sungai bisa dikatakan sebagai transportasi utama kerajaan.Di sekitar Kompleks Istana Sayap kita juga dapat menjumpai beberapa peninggal Kerajaan Pelalawan lainnya seperti Makam Jauh yang merupakan Komplek Makam Raja-Raja Pelalawan,makam ini menjadi salah satu situs cagar budaya yang ada di Kabupaten Pelalawan dan makam ini persis berada di pinggir Sungai, konon makam ini dijaga oleh harimau atau yang biasa disebut datuk oleh masyarakat Pelalawan.



Tidak jauh dari Istana Sayap kita dapat menjumpai sebuah mesjid, Mesjid ini bernama Mesjid Hibah, mesjid ini dibangun pada tahun 1936 pada masa pemerintahan Pangeran Marhum Tengku Budiman. Persis di belakang mesjid ini terdapat beberapa makam, yang merupakan makam Kerabat dan keluarga Kerajaan Pelalawan.


Tidak jauh dari Istana Sayap, tepatnya di bagian hulu kita dapat menjumpai Meriam Peninggalan Kerajaan Pelalawan, dahulunya meriam ini digunakan saat berperang melawan musuh.

Tidak jauh di sekitar meriam peninggalan Kerajaan pelalawan kita dapat menjumpai beberapa bangunan kuno peninggalan Kerajaan Pelalawan, ornament bangunan-bangunan tersebut mengandung nilai-nilai luhur dan budaya mudaya, ukiran melayu menghiasai bangunan tersebut.

Persis disisi bagian Kiri Meriam Peninggalan kerajaan Pelalawan kita dapat menjumpai Pesanggrahan atau tempat beristirahat Panglima Kudin. Panglima Kudin adalah Panglima Perang kerajaan Pelalawan dan wilayah kerjanya meliputi Mempusun, Delik, Dayun dan Sungai Rasau.


Pesanggrahan Panglima Kudin


Pesanggrahan Panglima Kudin

Selain itu kita juga dapat menjumpai kediaman Tengku Said Harun (Syarif Harun) yang merupakan Raja Terakhir kerajaan Pelalawan, Tengku Said Harun memerintah pada tahun 1940-1946. Persis didepan kediaman Tengku Said Harun kita dapat menjumpai beberapa meriam kecil

Tepat disebelah kediaman Tengku Said Harun kita dapat menjumpai Kediaman Tengku Said Oesman (Pemangku Sultan) ia adalah Raja Kerajaan Pelalawan sebelum Tengku Said Harun yang memerintah pada tahun 1930-1941. Kini Kediaman Tengku Said Oesman dijadikan Museum dan diberi nama Museum Negeri Tengku Said Oesman.



Kediaman Tengku Said Oesman


Kediaman Tengku Said Oesman

Dikutip Dari : www.palingindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar