Batik adalah salah satu karya besar bangsa Indonesia dan saat ini telah diakui oleh dunia. Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu, dan Budaya (UNESCO) pun menetapkan karya tersebut sebagai warisan dunia asal Indonesia. Apabila pada 1990-an hingga awal 2000-an batik seolah-olah mati suri dan orang malu memakainya, saat ini batik kembali menjadi bagian dari masyarakat. Bahkan pegawai negeri sipil telah wajib memakainya pada hari Jumat. (Tribun Jabar, Kamis 29 September 2011)
Hingga pemerintah pun menganggap perlu menyelenggarakan even batik besar, yaitu World Batik Summit (WBS) yang berlangsung 28 September hingga 2 Oktober 2011 di Jakarta Covention Center (JCC). “World Batik Summit diharapkan dapat membangun antusiasme batik secara internasional dan mendukung perajin dan penggemar batik di seluruh dunia. Dengan begitu, dapat terjalin ikatan yang kuat di antara negara-negara penghasil batik dengan penggemarnya,” kata pendiri Yayasan Batik Indonesia, Dipo Alam, saat pembukaan WBS, Rabu (28/9).
WBS 2011 diselenggarakan dengan maksud untuk memperingati Hari Batik Nasional (2 Oktober) sebagai tindak lanjut diakusisi Batik Indonesia sebagai warisan budaya takbenda oleh UNESCO. Tujuan penyelenggaraan adalah untuk semakin memantapkan citra budaya batik ke dunia internasional yang telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO. Kegiatan dan acara Gelar Batik Nusantara Summit 2011 ini akan menggelar beberapa acara seperti konferensi, gallery of honour, seni budaya (kenduri agung, karnaval, bazar batik, display batik terpanjang di dunia, baloon on the street), dan GBN-Expo (pameran).
Batik saat ini tidak hanya dipakai orang Indonesia. Masyarakat negara-negara tetangga pun mulai menggunakan dan memproduksinya. Bahkan pada pertemuan pemimpin negara di ASEAN kemarin selalu ada sesi para pemimpin negara yang memakai batik. WBS2011 ini diharapkan bisa membentuk forum bagi perajin dan industri batik di seluruh dunia. Ajang tingkat dunia ini dihadiri 1.000 orang delegasi asal dunia yang menjadi ajang promosi bagi produsen batik, praktisi, perajin, dan industri berskala dunia.
Pasaraya, salah satu pusat pertokoan di Jakarta, pun dengan bangga menampilkan diri menjadi pusat pertokoan dengan warna batik. Ya, hampir separuh dari busana yang diperdagangkan di Pasaraya adalah batik. Setiap tahun, mal milik mantan Menakertrans Abdul Latief tersebut juga melakukan pameran batik. Kali ini pameran yang digelar pada 24 September hingga akhir Oktober 2011 itu bertajuk “Pasaraya Tribute to Batik”.
Perancang mode yang juga kolektor batik, Rolland Adam, juga mengakui tadinya sulit sekali mengubah anggapan masyarakat mengenai batik. Meskipun ada rasa nasionalisme saat mengenakan pakaian tersebut, kesannya ketinggalan zaman. “Bila tadinya batik itu stereotip dengan orang tua, bagaimana caranya agar bisa dipakai oleh kalangan muda. Kemudian diciptakan motif-motif yang ceria agar bisa dipakai dengan celana jins (denim) dan celana pendek,” kata Rolland. Selain pakaian wanita maupun pria, banyak pengusaha yang membuat barang lainnya dari kain bermotif batik, seperti tas, topi, tempat laptop, bahkan mobil milik Piyu (Padi) pun bermotif batik.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu juga menyebut bahwa pasar ekspor terbesar batik Indonesia adalah Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag) 2006-2010, ekspor batik ke Amerika menduduki peringkat pertama, yaitu 35,63% dengan nilai 24,668 juta dolar AS. Sementara pangsa pasar Eropa secara komunal berada pada urutan kedua. Kemudian diikuti Jepang dengan pangsa pasar sebesar 10,90% dengan nilai 7,547 juta dolar AS. Namun setelahnya, terjadi penurunan akibat dari krisis global. Untuk itulah pemerintah akan melakukan strategi diversifikasi pasar (buka pasar) baru ekspor batik. Jadi, jangan hanya mengandalkan dari ketiga negara di atas. Seiring dengan itu, diversifikasi produk pun akan dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar yang baru karena permintaa tiap pasar berbeda.
“Pada intinya, batik saat ini mampu berjaya di negeri sendiri. Selain bisa dipertahankan, batik saat ini juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat karena di beberapa daerah batik adalah komoditas unggulan masyarakat,” ujar Rolland.
Di Bandung sendiri, komunitas B2W Bandung menggandeng Ibu Netty Heryawan (istri Gubernur Jabar) untuk menggowes bersama pada Jumat pagi tadi dengan menggunakan batik. Rute yang ditempuh dimulai dari Gedung Pakuan hingga Gedung Sate melalui Jl. Kebon Jukut, Viaduct, Jl. Braga, Jl. Lembong, Jl. Veteran, Jl. Sunda, Jl. Aceh, dan Jl. Banda. Sedangkan pada hari minggunya (2/10), Ibu Sendi Yusuf (istri Wakil Gubernur Jabar) yang juga Ketua Yayasan Batik Jabar akan mengadakan kampanye batik dengan mengundang beberapa komunitas. Rute yang akan dilewati adalah sepanjang Jl. Ir. H. Djuanda mulai dari rumah dinas Wakil Gubernur (depan Jl. Dayang Sumbi di kawasan CFD #1) hingga menuju BIP (kawasan CFD #2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar