Kamis, 08 Maret 2012

Sejarah Sepeda

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sepeda atau kereta angin adalah kendaraan beroda dua atau tiga, mempunyai setang, tempat duduk, dan sepasang pengayuh yang digerakkan kaki untuk menjalankannya.

Tidak diketahui pasti bagaimana penciptaan sepeda yang sebenarnya. Ada yang menyebutkan bahwa sepeda sudah dibuat pada sekira tahun 1490-an dengan merujuk pada sketsa sepeda milik salah seorang murid Leonardo Da Vinci, yaitu Gian Giacomo Caprotti. Namun, penemuan itu masih pro dan kontra. Begitu pula dengan anggapan bahwa sepeda mulai ada di Prancis sejak awal abad ke-18. Sepeda saat itu adalah moda transportasi beroda dua tanpa mesin dengan konstruksi yang masih sederhana. Beberapa menyebutnya tanpa engkol dan tanpa setang, tetapi ada juga yang menyebutnya sudah memiliki engkol dan setang dari bahan kayu.


Dari beberapa catatan, sepeda yang dianggap ada pertama kali adalah yang dibuat pada sekira 1790 oleh seorang warga negara Prancis, yaitu Comte Mede de Sivrac. Sepeda ini mirip dengan skuter kayu yang belum memiliki pedal atau setang, dinamakan celerifere. Model yang mirip dengan tambahan setang pada roda depan diciptakan oleh seorang warga negara Jerman paga 1816, yaitu Baron Karl von Drais de Sauerbrun. Sepeda ini disebutnya Draisienne yang kemudian jauh lebih populer dan dikenal dengan istilah the hobby horse.

Kedua jenis sepeda ini cara menggunakannya sama, yaitu pengendara duduk di antara kedua roda yang besar dan ukurannya sama, lalu menggunakan kaki yang menapak pada tanah untuk mendorongnya, persis penggunaan skuter. Drais kemudian diperkenalkan di Paris pada 1818 dan menjadi populer. Penggunaan sepeda pada waktu itu ramai digunakan melalui perkebunan atau taman, bukan di jalan utama.

Sedangkan penemuan pedal dipercaya milik Kirkpatrick MacMillan, seorang pandai besi dari Skotlandia yang hidup pada 1812-1878. Penemuannya itu dilhami pada pengamatannya tentang penggunaan sepeda yang masih digerakkan dengan menumpukan kaki di tanah pada 1839. Pertanyaan yang mungkin muncul di kepalanya pada saat itu, adalah apakah tidak ada cara lain yang lebih baik dari hanya sekadar memukulkan kaki ke tanah? Ide MacMillan itulah yang kemudian membuat sepeda jauh lebih baik penggunaannya dibanding cara sebelumnya yang cenderung melelahkan.

Akan tetapi, yang menjadi cikal-bakal sepeda modern tampaknya apa yang dibuat oleh pasangan ayah-anak dari Prancis, Pierre dan Ernest Michaux. Mereka berdua berhasil membuat sebuah kendaraan roda dua yang diberi nama vélocipède (si kaki cepat) pada 1867. Sepeda ini telah memiliki dudukan pedal (crank) yang diletakkan pada poros roda depan dan juga pemberat engkol, hingga laju sepeda lebih stabil. Di kemudian hari, desain sepeda mereka sampai ke daratan Amerika oleh salah seorang karyawan bernama Pierre Lallement. Lallement mengembangkan bagian roda dengan menambahkan lingkaran besi di sekelilingnya (sekarang dikenal sebagai pelek atau velg), lalu mengklaim desain sepeda prototipenya pada 1863 dan mendapat hak paten di Amerika pada 1866.

Pada 1870, para perakit sepeda kemudian mengembangkan teknologi sehingga sepeda pun dibuat seluruhnya dari bahan metal—tidak lagi kayu. Pedal masih menempel pada poros roda depan tetapi lapisan karet telah diperkenalkan dan dipasang melapisi roda sehingga kenyamanan berkendaraan sepeda pun semakin terasa. Begitu pula dengan desain roda depan yang jauh lebih besar daripada roda belakang membuat lama perjalanan jauh lebih singkat. Penny Farthing, sebutan untuk jenis sepeda ini, pun kemudian makin berkembang dan terkenal di daratan Eropa dan Amerika pada masa 1870-1880.

Kekurangan dari desain sepeda ini adalah faktor keselamatan, dimana pengendaranya duduk terlalu tinggi dan sulit untuk menghentikan sepeda secara mendadak. Kecelakaan yang sering terjadi adalah pengendara akan otomatis terlempar ke arah depan dan mendarat dengan kepala lebih dahulu—yang kemudian sering terjadi kasus patah leher.

Pada periode selanjutnya, pengembangan sepeda pun difokuskan pada keselamatan pengendaranya. Oleh karena itulah penggunaan roda depan yang besar pada sepeda penny dihilangkan dan dikembalikan ke ukuran semula: roda depan dan belakang memiliki ukuran yang sama. Dan masa inilah diperkenalkan penggunaan rantai yang menghubungkan pedal di bagian tengah sepeda dengan poros roda belakang.

John Kemp Starley—yang juga mendirikan pabrik sepeda pertama di Conventry—berhasil membuat desain yang jauh lebih modern, nyaman, dan aman. Hasil ciptaannya pada 1885—yang bernama The Rover Safety Bicycle—itu tidak hanya pada penggunaan rantai sehingga mengurangi ketidaknyamanan berpedal di roda depan, tetapi juga penemuan ban—sebagai bagian dari penyempurnaan lapisan karet sederhana—yang berisi angin oleh John Dunlop pada 1888. Dan sepeda pun kembali menjadi jauh lebih populer dengan faktor kenyamanan dan keselamatan yang lebih tinggi.

Inilah masa keemasan sepeda dimana banyak orang berkendaraan dengan tujuan kesenangan dan olahraga, sekaligus menjadi moda transportasi paling murah. Takheran jika pada 1880-1890 perkembangan penggunaan sepeda begitu meningkat tajam sekaligus mulai terbentuknya komunitas sepeda seperti League of American Wheelman (saat ini lebih dikenal dengan the League of American Bicyclists). Komunitas sepeda inilah yang kemudian melobi dan merancang jalan atau jalur bagi para pesepeda agar lebih nyaman berkendaraan jauh sebelum kendaraan-kendaraan mesin berkembang.

Sepeda sebagai Sarana Olahraga

Pada saat sepeda telah berkembang dengan begitu pesatnya, butuh waktu taklama bagi manusia untuk menunjukkan kekuatannya. Di sinilah sifat alami manusia untuk berkompetisi menunjukkan giginya. Dengan kendaraan bertenaga manusia, sepeda pun kemudian menemukan jati dirinya dan menjadi bagian dari sebuah kompetisi adu gengsi. Dan balap sepeda pun turut menjadi populer.

Balap sepeda pertama kali yang berhasil dicatat terjadi pada 31 Mei 1868 di Parc de Saint-Cloud, Paris. Jarak yang ditempuh pada saat itu adalah 1,2 km dan dimenangkan oleh James Moore, pebalap asal Inggris yang saat itu masih menggunakan sepeda kayu dan teknologi ball-bearing. Hingga kemudian, balap sepeda pun menjadi bagian dari ajang olimpiade yang digelar pada 1896 di Athena, Yunani.

Balap sepeda semakin jauh lebih populer sehingga dibangunlah beberapa stadion khusus untuk mereka di daratan Eropa maupun Amerika. Salah satunya yang terkenal adalah Madison Square Garden yang kemudian beritanya makin menyebar dengan adanya teknologi radio. Jarak lintasan balap pun juga semakin berkembang hingga kemudian dikenal dengan balap sepeda antarkota yang pertama kali diadakan antara kota Paris dan kota Roubaix, juga antara kota Liege dan kota Bastogne.

Sejarah pun mencatat tentang ajang balap sepeda legendaris Tour de France yang dimulai pada 1903, yang merupakan bagian dari promosi surat kabar Prancis, L’Auto. Kaos kuning yang disematkan pada pengendara yang memimpin ajang Tour de France sebenarnya dimaksudkan sebagai simbol kertas kuning surat kabar yang bersangkutan.

Kedigjayaan sepeda pun tidak hanya berkembang pada dunia balap semata, tetapi juga pembentukan pasukan militer. Telah tercatat bagaimana Perang Dunia I dan II melibatkan beberapa pasukan bersepeda dalam tiap-tiap pertempurannya. Bahkan, sastrawan Ernest Hemingway pun memasukkan pasukan bersepeda Jerman dalam karyanya, Farewell to Arms.


“Lihat, lihat!” teriak Aymo menunjuk ke arah jalan.
Di sepanjang jembatan batu, kami melihat helm-helm tentara Jerman bergerak. Pergerakannya begitu teratur dan enak dipandang. Setelah melewati jembatan itu, kami pun melihatnya. Mereka adalah pasukan bersepeda … dimana senjata-senjata mereka diletakkan pada batang-batang sepeda.

Pada saat ini, sepeda pun masih memegang peranan penting. Khususnya di negara berkembang, sepeda telah menjadi moda transportasi yang efisien dan pengangkut barang-barang untuk jarak tertentu. Bike messanger atau pesepeda pengantar pesan (dan paket) pun masih lebih efisien dan cepat untuk kota-kota besar semacam New York.

Perkembangan sepeda pun tidak berhenti begitu saja, tetapi terus berkembang dan semakin jauh lebih baik lagi. Tidak hanya penggunaan material yang lebih efisien, tetapi juga dari segi bobot yang semakin jauh lebih ringan. Penggunaan material seperti titanium dan serat karbon pun membuat sepeda tidak hanya lebih ringan tetapi juga lebih kuat. Begitu pula dengan beberapa penemuan seperti shifter dan derailleur yang memudahkan pengendaranya untuk jalur tanjakan ataupun jarak jauh. Dan jenis sepeda pun juga makin berkembang sehingga takaneh lagi kalau saat ini kita mengenal adanya sepeda gunung, road bike, sepeda hibrid, cruiser, sepeda tandem, dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar